Sabtu, 23 Juni 2012

SELURUH WARGA NAMBANGAN CUMPAT SURABAYA BERSUMPAH TOLAK PENGERUKAN PASIR



SELURUH WARGA NAMBANGAN CUMPAT, KEL. KEDUNG COWEK, KEC. BULAK 
KOTA SURABAYA 
"SEPAKAT  DAN BERSUMPAH AKAN TERUS MENOLAK PENGERUKAN PASIR DI SELAT MADURA"


Jum'at, 22 Juni 2012


Tak seperti biasanya kampung Nambangan Cumpat ini berjibun banyak orang disepanjang jalan dari ujung utara (masjid al-Mabrur Nambangan) sampai dengan Pasar Sentra Ikan (Pojok Cumpat) 

Banyak anak-anak dan orang dewasa membawa obor sambil bersholawat, bagian depan barisan membawa spanduk penolakan pengerukan pasir. Barisan yang terdiri dari anak-anak dan orang tua baik bapak-bapak maupun ibu-ibu ikut serta dalam parade tersebut. 

Parade yang dilakukan sebagai pembukaan acara istighosah itu dilaksankan setelah Sholat Maghrib. Semangat anak-anak, pemuda dan orang tua yang begitu besar dengan melantangkan suara mereka sampai seluruh warga menjadi keluar dan melihat parade tersebut. 

Setelah sholat isya' acara istighosah dilangsungkan dengan sangat sederhana di pertigaan Nambangan Cumpat (sebelah timur Kelurahan Kedung Cowek) dengan menggelar tikar di jalan yang berpusat di pertigaan Nambangan Cumpat warga mulai memanjatkan do'a dengan khusuk, seluruh warga menga"amin"kan agar pengerukan dihentikan. 

Melihat pada waktu 1980an pantai mereka yang masih banyak pasir dan dapat dipergunakan sebagai tempat lapangan bermain anak-anak, tapi sekarang setelah beberapa pengerukan yang dilakukan setelah tahun tersebut sampai dengan tahun 2012 ini warga mulai merasa was-was karena erosi air laut yang mulai mengikis habis pasir disekitar daratan akibat pengerukan. "Bila dibandingkan dari tahun 1980 sampai dengan sekarang 2012 pasir berkurang sekitar 2 meter dari daratan" ungkap misbah salah satu warga. 

acarapun berlanjut pada ceramah pemuka agama. "semua warga harus bersatu, jangan ada perpecahan. kita semua saudara" ungkap pemuka agama tersebut sambil menyindir spanduk yang bertuliskan seperti ini : 





 "Ojok ngawur rek, nek kenek dolormu dewe iku yaopo? (jangan ngawur, kalau kena saudaramu sendiri bagaimana?) Buat kata-kata yang santai saja, jangan pakai emosi" ungkap pemuka agama tersebut. "yang sudah mendapat bagian biarkan saja, toh ada undang-undangnya" lanjutnya. 

Semua harus bersatu, seng oleh sogok'an teko Pengeruk ojok dimungsui nemen-nemen, ayo di rangkul (Semua harus besatu, yang dapat uang sogokan dari pengeruk jangan terlalu dimusuhi, ayo dirangkul), kalau kita saling bertengkar, pengeruklah yang senang" ungkap pemuka agama.

Coba anda bayangkan, pasir di sekitar selat madura akan diambil untuk menguruk lahan sekitar 540 hektar.  berapa juta truk yang terambil? kalau kita membeli di galangan 1 truknya berapa? kalau dikalikan berjuta-juta? kalau diambil warga sekitar bisa pensiun dini semua warga disini" sambil memberikan lelucon kecil. Anda tidak melihat Masjid tanggulnya mulai ambrol, warga yang rumahnya berdekatan laut tidak bisa tidur karena rumahnya terhantam ombak?"ungkapnya lagi.

Dan acara kejutan terakhir yang ditunggu-tunggu oleh seluruh warga terkait yakni dipanggilnya seluruh pengurus RT, RW, Ketua Nelayan Nambangan Cumpat untuk bersumpah di depan masyarakat bahwa mereka akan selalu menolak pengerukan, hal tersebut dilakukan oleh pemuka agama agar tidak timbul kesalah pahaman antara warga dan Pengurus setempat. dimana akan adanya pengumpulan KTP oleh Kepanjangan tangan/suruhan "PT. Pengeruk" yang diberikan uang langsung sebesar 400ribu dan TV sebagai uang persetujuan/istilahnya sogokan.

Ada beberapa pengurus RT dan tokoh masyarakat yang terkena "goncangan uang" yang dilakukan oleh "PT. Pengeruk" akan tetapi melihat penolakan yang dilakukan oleh seluruh warga akhirnya RT ini juga menolak akan pengerukan dan mengembalikan dana. Sebut saja Cak Ham, yang menjadi sasaran empuk pembicaraan Pemuka Agama waktu itu.


Cerita Sedikit dari Ketua Nelayan :

"Saya kemarin mau dikasih uang 650.000.000,- oleh perwakilan "PT. pengeruk" agar seluruh warga setuju akan pengerukan nantinya dan uang sebesar 15 juta sebagai biaya operasional" ungkap ketua nelayan nambangan. "terus siapa yang vokal disini?" tanya humas PT pengeruk kapada Ketua Nelayan, disebutkan ada beberapa orang termasuk pengurus RT dan RW Nambangan Cumpat. 

Ada 1 RT yang setuju dan lainnya tidak setuju termasuk RW Nambangan Cumpat. dan Humas PT Pengeruk inipun tidak kehilangan cara, dia berhasil merekrut beberapa orang di wilayah Nambangan (tetangga saya sendiri) dan beberapa orang lagi di Wilayah Cumpat (Tokoh Pemuka)


Kesimpulan : 
Saya sebagai warga Nambangan Cumpat sendiri merasa prihatin atas apa yang dialami oleh warga sekitar, walaupun pekerjaan saya bukan sebagai seorang nelayan, tetapi melihat orang-orang bekerja malam pulang siang dari laut tanpa membawa hasil karena lahan mereka telah diganggu dan tempat tinggal mereka terancam roboh, masya Allah .. demi pembangunan kok masyarakat kecil yang jadi korban. Dimana letak :
1. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 
2. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 
(Item Pancasila yang selama ini sebagai Pedoman Negara)

3. dll



"Jangan hanya memandang untung dan rugi, coba renungkan jika kita berada diposisi mereka"

Sumber :
- Observasi Langsung, Cerita Langsung dari warga
- Suara Surabaya.net

Penulis : Semutlanank, Warga Nambangan 

NB: Tulisan Acak (maaf saya juga bukan jurnalis) 




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar