sumbersegoro : senin, 29 Oktober 2012 ratusan nelayan libur melaut mereka melakukan aksi demo terhadap pengerukan pasir di selat madura (surabaya) yang dilakukan oleh PT Gora Gahana.
Seluruh warga nambangan cumpat yang berada di kawasan kenjeran kota surabaya ini menggelar aksi demo sepanjang jalan dan berpuncak di Kelurahan Kedung Cowek. Mereka mengecam pengerukan pasir yang dilakukan oleh PT. Gora Gahana.
Para Nelayan tersebut mendesak agar Pajabat terkait tidak hanya mementingkan uang dan memperbesar penghasilannya dengan mengorbankan masyarakat kecil. Memang banyak pejabat yang Pro dengan PT. Gora Gahana dan menganggap bahwa aksi demo masayarakat nelayan tersebut dikarenakan kurangnya "sosialisasi" (dalam arti kompensasi berbentuk uang), tapi "sosialisasi" dalam bentuk apapun sudah pasti akan tetap ditolak warga karena mereka telah merasakan akibat penambangan pasir pada tahun-tahun sebelumnya dan seluruh warga telah
bersumpah untuk menolak penambangan pasir tersebut.
Para Nelayan tersebut pernah ditawari akan kompensasi tersebut dan ditolak mentah-mentah oleh para nelayan karena berbagai alasan, diantaranya :
- Dengan rusaknya ekosistem laut otomatis penghasilan mereka juga akan berkurang dan ini butuh bertahun - tahun untuk memulihkannya.
- Perkampungan di pesisir pantai terancam amblas. "Karena jelas tanah yang
berada di bawah rumah-rumah penduduk akan tergerus ke bawah akibat
pengerukan pasir tersebut.
- Pantai mereka telah hilang karena pasir di sekitar rumah mereka tergerus sampai kedalaman 3 meter, hal ini membuat ombak laut langsung berbenturan dengan rumah warga. sampai sekarang sedikitnya sudah 3 rumah warga yang hancur terkena ombak.
- dan banyak lagi dampak lainnya akibat pengerukan pasir tersebut) ucap Massa nelayan yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pesisir Suramadu (FMPS) tersebut.
Koordinator FMPS,
Munir mendesak pemerintah setempat mematuhi rencana tata ruang dan tata wilayah
perairan Selat Madura. Pengerukan pasir laut oleh PT Gora Gahana berada di zona
III yang tidak diperuntukan untuk areal penambangan.
“Karena PT Gora
Gahana yang didukung oleh Lantamal V TNI AL telah melakukan pelanggaran Pasal
35 (i), Undang-undang tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, kami
minta Lurah mendukung penolakan ini,” ujar Munir.
Didesak warga, Lurah
Kedung Cowek, Abdul Bahri akhirnya bersedia membuat surat pernyataan mendukung penolakan penambangan
pasir. “Nelayan tidak menghendaki pengerukan pasir di kawasan Suramadu.
Saya sebagai lurah juga menolak pengerukan dan meminta PT Gora Gahana untuk
koordinasi dengan pihak terkait,” kata Abdul Bahri.
Abdul Bahri mengaku
belum menjadi Lurah Kedung Cowek saat terbit izin penambangan pasir tahun 2006. Dia
juga tidak dapat menjamin apakah surat
pernyataannya menolak penambangan pasir memiliki kekuatan hukum.
Dari sekitar 5.300
warga Kelurahan Kedung Cowek, lebih dari separonya adalah nelayan. Penambangan pasir
laut di kawasan Selat Madura menyebabkan berkurangnya tangkapan ikan.
Tak sampai disitu perjuangan Para nelayan di Selat Madura ini, mereka menyandera kapal keruk milik PT Gora Gahana yang dijaga ketat delapan personel TNI.
Sekitar
pukul 18.00 WIB, para nelayan yang tinggal di kawasan Nambangan,
Kenjeran ini, berbondong-bondong menuju zona tiga, sekitar tiga mil dari
bibir pantai. Di atas perahu miliknya, massa kemudian mengepung kapal
yang digunakan PT Gora Gahana untuk mengeruk pasir di kedalaman laut,
sekitar 12 meter.
Mereka berteriak-teriak di atas perahu
mengecam aksi pengerukan pasir yang dilakukan PT Gora Gahana yang
dilindungi Dispotmar Lantamal V TNI AL.
"Maling pasir. Maling pasir. Maling pasir," teriak mereka, Senin (29/10).
Sempat
terjadi perak mulut antara massa dengan delapan anggota TNI yang berada
di atas kapal keruk. Sementara para nelayan yang menyiapkan bom molotov
di perahunya, menantang para anggota TNI tersebut bertarung fisik di
atas laut.
Para nelayan di Selat Madura ini, meminta kapal keruk tersebut segera dipindah dari pantai paling lambat hingga besok pagi.
"Jika
tidak, kami akan mengerahkan massa yang lebih banyak lagi, untuk
mengusir kapal tersebut dari Selat Madura. Bahkan, tadi saya sudah
ditelepon oleh teman-teman nelayan di Pulau Madura yang siap bergabung,"
kata salah satu pengunjuk rasa, Munir.
Sumber :
5. Observasi langsung